Inalillahi wainnalillahirroziun….yaaaa Redaksi kalimat ini harus kusampaikan karena nafas kehidupan pembangunan daerah sudah setengah mati.
Tuntutan hidup mengharuskan manusia harus mencari pekerjaan. Yang merasa kemampuan mereka cuman sebatas panjat kelapa, mereka adalah Petani. Yang merasa kemampuan cuman sebatas mendayung dan cuman bisa mengaplikasikan nilon dan kail, merekalah Nelayan. Masih wajar orang-orang ini (Petani dan Nelayan), walaupun bau kopra dan atau bau anyir tapi mereka puas dengan jeripayah, walau harus bermain nyawa dengan ganasnya terpaan angin disaat berada diatas pohon kelapa dan perahu tetapi mereka tidak pernah menyerah. Maka patutlah kita memberikan 2 Jempolan Manis buat mereka.
Lalu bagaimana dengan Lahan Kerja Pegawai Negeri Sipil……………………………?
Ironis memang……………....memang-memang sangat ironis.
Disaat Pemerintah Daerah menjalankan program pencarian kerja, woeeeeee rame-rame, antrian walaupun pengap, pantang menyerah menyelesaikan persyaratan guna dapat diikutsertakan dalam ujian seleksi penerimaan pegawai. Saking semangatnya, mereka juga menjadikan obsesi pendekatan diri pada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai jalan untuk bisa dikabulkan niat mereka. Akhirnya puncak semangat mereka tercurahkan sepenuhnya dengan rasa Syukur Alhamdulilah pada saat mendengar hasil kelulusan sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNSD).
Namun sangat disayangkan, semangat 45 ternyata hanya sebuah slogan yang mentok pada akhir dari pencapaian gelar CPNSD dan atau PNS. Subahanallah….Ketika Pakaian Dinas Harian (PDH) yang dipakai hanyalah sebatas menutupi rasa lelah oleh antrian pengajuan berkas kemarin dan hanyalah sepenggal kain tuk mengeringkan keringat.
Kenyataannya, hampir semua Kantor, Badan, Bagian Dan Dinas di Lingkup Pemerintah, baik itu Lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bahkan Provinsi, semua mengalami kejadian yang serupa. Hampir sebagian besar Pegawai Negeri tidak mampu menjalankan tugas dan tanggung jawab. Sementara setiap bulan berjalan, Daerah dan atau Negara harus membayar Hak mereka. Lalu pernahkah terselib pertanyaan dalam diri mereka, Apa yang mereka berikan untuk Daerah atau Negara……? Sungguh Mubajir Keuangan Daerah dan Negara.
Hampir semua instansi hanya sebagian kecil PNS yang bekerja. Sebagian besar hanya menjadikan kantor sebagai tempat ngerumpi atau sebatas tempat persinggahan, Tandatangan Absen, Duduk lalu pulang. Dan lebih ironis lagi, sudah tidak mampu dan tidak bisa bekerja dan malas masuk kantor, masih juga berteriak/mengeluh menuntut kesejahteraan. Lalu pertanyaan kemudian muncul. Pernahkah terselip pertanyaan dalam benak pikiran mereka tentang rasa keadilan antara mereka yang malas dan tidak mampu menjalankan tanggungjawab dengan mereka yang hampir setiap hari pulang malam karena tumpukan pekerjaan……?
Dimana Rasa Keadilan Antara Yang Malas Masuk Kantor,
Malas Kerja Dan Tak Tahu Kerja DENGAN Yang Rajin Kerja.
Sementara Hak Penerimaan Gaji sesuai mekanisme.
Mohon maaf, tulisan ini bukan untuk menggurui, tetapi marilah kita bersama berfikir secara rasional didalam mengaplikasikan rasa tanggungjawab sebagai penyelenggara dan atau penggerak pembangunan. Suksesi Pembangunan Daerah/Negara bergantung pada komitmen kolektifitas anak Daerah dan atau anak Bangsa. Sedangkan perubahan diri bergantung pada kemauan diri kita masing-masing. (Manusia tidak selamanya sampoernah, tetapi bukankah lebih baik jika mendekati Nilai Kesempurnaan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar